14.10.11

kebidanan class in action


Kebidanan class in action..
 segala bentuk suka duka ada di kelas ini. walau mungkin nantinya kelas kita tak seperti dulu (mungkin mengalami renovasi), ia akan tetap sama dalam ingatan. kesibukkan dunia kerja dan pribadi masing-masing  mungkin menghalangi kerja untuk kumpul kembali seperti dulu (sewaktu-waktu), semoga kenangan kita selalu terjaga mentautkan hati-hati kita (meski raga tak berjumpa)








selalu seperti ini ketika jam kosong...






 ketika IPS dan IPC bergabung, jadilah seperti ini. 1 diantara kita telah lanjut kelas hidupnya, siapa berikutnya..



dan ini, ulah menjelang yudisium. syndrome mahasiswa yang akan meninggalkan kampus ^^
"saya tidak disiplin", terlambat ke kelas karena bisnis di asrama..

Persembahanku of midwife..

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 ”Aku tak akan runtuh oleh situasi atau oleh orang maupun orang-orang”

 “Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu, teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu, teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu, teruslah bertahan hingga kefuturan itu futur menyertaimu, tetaplah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu”

Kupersembahkan untuk :
 Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat Mu....
 Ayah dan Ibu tercinta & terkasih atas do’a dan kasih sayang tiada tara penuh kesabaran, keikhlasan, dan keyakinan kepada Allah SWT menanti keberhasilanku....
 My beloved sista & broth (Siti, Encik, bud), atas pancaran semangat & sayang yang kalian berikan....
 My Best cousin (Saili) atas bantuannya, thankz....
 My lovely “JASMINE Room”, Dewai, Oci, Nini, Oja, Tasud. “OMFALOKEL”, Emi, lalak, Anim, Anry, Mami, Dewai, SodaraQ, Adel, Ratna. “CEMPAKA” Wuri, Ute’, Ayak, Uni, Sens, Iim, Cece, kalian tak tergantikan...
 Teman seperjuanganQ dalam konsul Devi Med, Aini yang akan Q rindukan..
 My Sista Ratih, Ve, Rara, Eja, Shera, Oci, Dewai, mb Zul, memi yang tak lelah untuk mengingatkan Q jika tersalah...
 My Sweety sister in midwifery Angk. IX, akhirnya masa ini kita lalui bersama di “Kampus Putih”, Uhibbukum Fillah...
 Almamater ku tercinta....


ABSTRACT

Karnita. 2009. The Correlation Between Live and Information Sources to The Teenager Sexual Behavior At SMA PGRI 2 Palembang 2009. KTI. Poltekkes Depkes Palembang majoring Midwifery.
Advisor : A. Kadir, S.Pd, M.Kes

Keywords: Teenager Sexual Behavior.

Globalization makes the moral values in society less then before. The teenager relationship becomes freer, so it surpasses the limit of moral and religion values. Teenager sexual behavior will refer to the teenager health risk reproduction itself, such as the risk of pregnancy before marriage, abortion in teenager pregnancy, susceptible to the HIV / AIDS, reproduction line annoyance, and psychosexual annoyance. The reason why they do free sex, from the data it is because there is no parents’ guidance, they do not obey to the religion rules, biological needs, as the evidence of their love to their boy or girl friend, technology advance, including many kinds of information media, and environment influence including live. The problem of this research, what is the correlation between live and information sources to the teenager sexual behavior at SMA PGRI 2 Palembang 2009. The purpose of this research is to know the relationship between live and information sources to the teenager sexual behavior at SMA PGRI 2 Palembang 2009. The method of this research is analytic survey using cross sectional approach. The population of this research is the tenth and eleventh grade students of SMA PGRI 2 Palembang, and the amount of sample is 86 respondents, taken from proportional stratified random sampling technique. The data collecting is done using questionnaire with Chi-Square statistic test with the significance degree 95%, α = 0,05. The result of the research shows that there are 28 respondents (32,6%) have sexual behavior, 25 respondents (31,4%) do not live at their own houses, and 67 respondents (66,3%) get inaccurate information sources. From the result of Chi-Square test is known that there is a meaningful correlation between live and teenager sexual behavior, with p. value score = 0,027 (p. value < α ) and there is no a meaningful correlation between information sources and teenager sexual behavior, with p. value score = 0,345 (p. value > α). According to the result of this research, it‘s time to give sex education or to improve the explanation and information about sexuality problems. For the staff of health, it is better to be more active to reach all of teenager in giving sex education, such as clinic car from school to school to give health consultation service about teenager reproduction.

References : 28 (2001-2009)



ABSTRAK

Karnita. 2009. Hubungan Tempat Tinggal dan Sumber Informasi Dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA PGRI 2 Palembang Tahun 2009. KTI. Poltekkes Depkes Palembang Jurusan Kebidanan.
Pembimbing : A. Kadir, S.Pd, M.Kes

Kata kunci :  Tempat Tinggal, Sumber Informasi, Perilaku seksual Remaja

Zaman globalisasi membuat nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat menjadi semakin berkurang. Pergaulan menjadi semakin bebas sehingga melanggar batas-batas nilai moral dan agama. Perilaku seksual remaja akan mengarah pada resiko  kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, antara lain resiko kehamilan di luar nikah, aborsi pada kehamilan remaja, rentan terhadap HIV/AIDS, gangguan saluran reproduksi, dan gangguan psikoseksual. Adapun alasan melakukan seks diluar nikah diperoleh data karena tidak ada bimbingan orang tua, karena tidak taat pada agama, karena kebutuhan biologis, sebagai bukti cinta kepada pacar, kemajuan zaman termasuk berbagai media informasi,  dan pengaruh lingkungan termasuk tempat tinggal.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana  hubungan tempat tinggal dan sumber informasi dengan perilaku seksual remaja di SMA PGRI 2 Palembang tahun 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan tempat tinggal dan sumber informasi dengan perilaku seksual remaja di SMA PGRI 2 Palembang tahun 2009.
Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah siswa-siswi kelas X dan kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang, dengan besar sampel penelitian 86 responden yang diambil dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian angket dengan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 95 %, a = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 28 responden (32,6%) mempunyai perilaku seksual, 25 responden (31,4 %) tinggal di rumah orang lain, dan 57 responden (66,3%) mendapat sumber informasi yang tidak akurat. Dari hasil uji Chi-Square diketahui ada hubungan yang bermakna tempat tinggal dengan perilaku seksual remaja dengan nilai p. value = 0,027 (p. value < α) dan tidak ada hubungan bermakna sumber informasi dengan perilaku seksual remaja dengan nilai p. value = 0,345 (p. value > α).
Berdasarkan hasil penelitian ini, sudah saatnya pendidikan seks dini atau pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Kepada tenaga kesehatan agar lebih pro-aktif menjangkau seluruh remaja dalam pemberian pendidikan seks tersebut seperti mengadakan mobile clinic ke sekolah-sekolah untuk memberikan pelayanan konsultasi kesehatan reproduksi remaja.
Daftar bacaan : 28 (2001-2009)         

13.10.11

Penilaian Resiko Kehamilan

      Ada rekan kerja non bidan yang minta dicariin ni materi dalam bahasa yg tidak begitu rumit, (katanya). comot sana/i, jadilah seperti ini..

1.      Definisi
Resiko kehamilan dan tanda bahaya kehamilan adalah kondisi kehamilan yang dapat menyebabkan seorang ibu hamil beresiko mendapatkan penyulit untuk dapat menyelesaikan kehamilannya secara sehat dan aman, serta beresiko untuk terjadinya penyulir/komplikasi pada saat kehamilan. Resiko kehamilan dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu faktor resiko dan resiko tinggi kehamilan.
Faktor resiko kehamilan adalah kondisi ibu yang mungkin dapat menyebabkan seorang ibu hamil beresiko mendapatkan penyulit untuk dapat menyelesaikan kehamilannya secara sehat dan aman, serta beresiko untuk terjadinya penyulit/ komplikasi pada saat melahirkan.
Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan.
Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko).
Faktor resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.

2.      Faktor Resiko Sebelum Kehamilan
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
Sebagai gambaran tentang mengapa angka kematian ibu dan angka kematian anak tinggi di Indonesia dapat dikemukakan beberapa faktor yang dapat disebut sebagai 4T, terlalu banyak anak, terlalu pendek jarak kehamilan, terlalu muda hamil dan melahirkan, dan terlalu tua untuk hamil kembali (Manuaba, 1999: 5)
Adapun faktor resiko sebelum kehamilan adalah :
a.       Karakteristik ibu
1)      Usia
Anak perempuan berusia kurang dari 20 tahun lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.

2)      Lingkar Lengan Atas (LILA)
 LILA kurang dari 23,5 cm mengindikasikan ibu kurang gizi. keadaan ini tentu tidak baik untuk kehamilan dan perkembangan bayinya.

4)      Tinggi badan
Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.

b.      Jumlah Anak
Grandemultipara yaitu ibu yang telah melahirakan dan mempunyai anak lebih dari 4.

c.       Jarak Kelahiran
      jika jarak kelahiran kurang dari 2-3 tahun.

d.      Peristiwa pada kehamilan yang lalu
1)      Abortus
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.
Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur.
Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan untuk:
- kelainan kromosom atau hormon
- kelainan struktur rahim atau leher rahim
- penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
- reksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- Kelainan kromosom pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).

2)      Prematur
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.

3)      Grandemultipara
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:
Ö        kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
Ö        perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
Ö        persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang berat
Ö        plasenta previa (plasenta letak rendah)

4)      Preeklamsi atau eklamsi
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan darah tinggi menahun.

5)      Makrosomia
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, mungkin dia menderita diabetes.
Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakuka pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.

6)      Bayi dengan penyakit hemolitik atau kelainan genetic
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama.
Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%.
Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi. Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.
Setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang memiliki Rh-negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.

e.       Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.

Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
Ö        kelahiran prematur
Ö        gangguan selama persalinan
Ö        kelainan letak janin
Ö        kelainan letak plasenta
Ö        keguguran berulang.

f.       Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
Ö        Tekanan darah tinggi menahun
Ö        Penyakit ginjal
Ö        Diabetes
Ö        Penyakit jantung yang berat
Ö        Penyakit sel sabit
Ö        Penyakit tiroid
Ö        Lupus
Ö        Kelainan pembekuan darah.

g.      Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.

3.      Faktor Resiko Selama Kehamilan
Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi atau dia bisa mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
a.       Obat-Obatan Atau Infeksi
Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
Ö        Alkohol
Ö        Phenitoin
Ö        Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
Ö        Lithium
Ö        Streptomycin
Ö        Tetracyclin
Ö        Talidomide
Ö        Warfarin

Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
Ö        Herpes simpleks
Ö        Hepatitis virus
Ö        Influenza
Ö        Gondongan
Ö        Campak Jerman (rubella)
Ö        Cacar air (varisela)
Ö        Sifilis
Ö        Listeriosis
Ö        Toksoplasmosis
Ö        Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.

Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama hamil.
Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
Ö        komplikasi plasenta
Ö        ketubah pecah sebelum waktunya
Ö        persalinan prematur
Ö        infeksi rahim
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya. Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan. Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
Ö        keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
Ö        kelainan wajah
Ö        mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
Ö        kelainan perkembangan perilaku
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang memperhatikan). Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat.
Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.
Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil.
Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
Ö        Anemia
Ö        Bakteremia
Ö        Endokarditis
Ö        Abses kulit
Ö        Hepatitis
Ö        Flebitis
Ö        Pneumonia
Ö        Tetanus
Ö        Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur.
Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
Ö        seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
Ö        terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
Ö        terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya. Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.

b.      Keadaan Kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera diobati.
Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,40 Celsius) pada trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi.
Demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.

c.       Komplikasi Kehamilan
1.      Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin.
Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan.
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
Ö        setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
Ö        setelah pemeriksaan amniosentesis
Ö        dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.

2.      Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
Ö        Kelainan letak plasenta
Ö        Pelepasan plasenta sebelum waktunya
Ö        Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan. Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap smear.

3.      Kelainan Pada Cairan Ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan prematur.
Air ketuban yang terlalu banyak cenerung terjadi pada:
Ö        ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
Ö        kehamilan ganda
Ö        inkompatibilitas Rh
Ö        bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf).
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
Ö        bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
Ö        bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
Ö        bayi yang meninggal di dalam kandungan.